Senin, 27 April 2015

Tipe-tipe budaya politik

Tipe-tipe budaya politik



     Menurut Gabriel Abraham Almond dan Sidney Verba, terdapat tiga tipe budaya politik yang berkembang di masyarakat, yaitu budaya politik parochial (parochial political culture), budaya politik kaula (subject political culture), dan budaya politik partisipan (participant political culture).

a.Tipe budaya politik parochial adalah masyarakat dengan tingkat partisipasi politiknya sangat rendah yang disebabkan factor cognitive atau pengetahuan rendah karena pendidikan relatif rendah.

     Cirinya :

  • Berada pada masyarakat tradisional, sederhana, partisipasi politik sangat kecil, seperti petani, buruh perkebunan, dan nelayan.
  • Para pelaku politik sering berperan ganda baik sebagai pemuka adat, sekaligus pemuka agama, dll
  • Masyarakatnya tidak menaruh minat pada obyek politik yangn luas bahkan mengabaikan adanya pemerintah dan politik.
  • Sikap dan orientasi politiknya bersifat kognitif, sangat terbatas.
  • Mereka bergabung dalam politik hanya ikut-ikutan, solidaritas, mobilisasi.
  • Tidak mengetahui untuk apa mereka ikut dalam kegiatan politik.

b.Tipe budaya politik kaula adalah  masyarakat tersebut sudah relative maju dari segi sosial ekonomi namun masih bersifat pasif terhadap politik. 

     Ciri-ciri budaya politik kaula :

  • Menerima apa adanya karena tidak mampu untuk mengubah sistem politik yang ada.
  • Orinetasi terhadap sistem politik bersifat afektif dan normatif .
  • Patuh terhadap pejabat pemerintah dan undang-undang.
  • Keputusan politik adalah sesuatu yang tidak dapat ditentang sehingga mereka loyal atau patuh terhadap keputusan politik.
  • Biasanya mereka dari kalangan pegawai pemerintah.

c.Tipe budaya Politik Partisipan adalah budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi, betapapun kecilnya mereka dalam sistem politik mereka tetap memiliki arti bagi berlangsungnya sistem itu. 

     Ciri-ciri budaya politik partisipan :

  • Tidak menerima begitu saja keputusan politik.
  • Mereka dapat mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan publik.
  • Mereka sangat aktif terhadap proses politik yang berlangsung.
  • Kompetensi masyarakat dalam bidang politik tinggi
  • Masyarakatnya mampu memberi evaluasi atau penilaian  terhadap proses politik.
  • Mereka melakukan aksi dan mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak berpihak  kepada kepentingan rakyat.

Tipe Budaya Politik yang Berkembang dalam Masyarakat Indonesia

     Tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia adalah tipe budaya politik campuran antara parochial, kaula, dan partisipan.

     Tipe budaya politik parochial terlihat masih adanya masyarakat Indonesia yang hidup dalam situasi serba tradisional dan pedalaman.  Mereka ikut dalam politik karena dimobilisasi.  Masyarakat parochial ini tidak mementingkan untuk apa mereka berpolitik, yang penting baginya adalah kesejahteraan dan keadilan hidup dalam negaranya (harga kebutuhan pokok murah, bahan pertanian murah, bahan bakar murah).

     Tipe budaya politik kaula terlihat dengan adanya pegawai pemerintah yang tidak mampu melawan kebijakan atasannya karena mereka adalah bagian dari pembuat kebijakan.  Mereka tidak kuasa untuk melawan walaupun  sebenarnya mereka tidak menyukai kebijakan itu, mereka tidak bersuara lantang tapi diam.  Bila bersuara lantang maka dianggap tidak loyal.

     Tipe budaya politik partisipan terlihat dengan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dan aspirasi masyarakat serta adanya ruang masyarakat untuk menilai kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat melalui aksi demontrasi yang tertib dan melalui lembaga perwakilan.  Tipe budaya ini terlihat juga dengan antusias masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan politik misalnya menjadi juru kampanye, calon legislative, calon KPU/KPUD, debat politik, sosialisasi politik, menjadi panitia pemungutan suara, dan sebagainya.

Dampak Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan dengan Perkembangan Sistem Politik yang Berlaku.

     Di Negara-negara demokratis pada umumnya partisipasi politik warga negaranya dapat mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan atau policy. Partisipasi politik dapat bersifat biasa (konvensional) atau tidak biasa (non konvensional).

     Perluasan atau pembatasan partisipasi politik sangat dipengaruhi oleh peran para elit politik yang berkuasa.  Elit politik yang tidak berkuasa cenderung menaruh minat terhadap perluasan partisipasi politik, mengembangkannya ke bentuk partisipasi politik yang baru.

     Namun para elit politik yang berkuasa kurang menyukai perluasan partisipasi politik meskipun sebenarnya mereka ini sangat mampu dalam memperluas ruang lingkup partisispasi politik itu, sebab mereka  memandang bahwa setiap perubahan partisipasi politik adalah ancaman terhadap status quo politik yang sedang menguntungkan pihak mereka.

     Untuk menjamin agar  mereka tetap berkuasa maka para elit politik yang berkuasa itu akan mengadakan tindakan untuk membatasi  kompetisi, sehingga menurunkan tingkat partisipasi politik.  Biasanya mereka menggunakan cara-cara yang tegas dan memaksa seperti ancaman, pengawasan administratif dan sanksi-sanksi pisik untuk membatasi partisipasi politik.

     Sekian ulasan saya mengenai tipe-tipe budaya politik, tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia serta dampak perkembangan tipe budaya politik sejalan dengan perkembangan sistem politik yang berlaku. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar