Budaya Politik
Pengertian Budaya politik
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat, bangsa, dan Negara yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas politik kenegaraan.
Definisi budaya politik menurut para ahli :
- Gabriel Abraham Almond dan Sidney Verba, adalah suatu sikap orientasi yang khas dari warga Negara terhadap system politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga Negara yang ada dalam sistem itu.
- Sidney Verba, adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekpresif, dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
Jadi budaya politik menunjuk kepada orientasi dan tingkah laku individu / masyarakat terhadap sistem politik. Menurut Almond dan powell, orientasi individu terhadap sistem politik dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu orientasi kognitif, afektif, dan evaluative.
- Orientasi kognitif meliputi pengetahuan dan keyakinan tentang sistem politik. Misalnya tokoh-tokoh pemerintahan, kebijakan yang mereka ambil, simbol-simbol sistem politik seperti, ibukota Negara, lambang Negara, kepala Negara, batas Negara, mata uang, dan sebagainya.
- Orientasi afektif menunjuk pada aspek perasaan atau ikatan emosional seorang individu terhadap sistem politik, sehingga seorang dapat menerima atau menolak sistem politik tertentu.
- Orientasi evaluative yaitu penilaian moral seseorang terhadap sistem politik berdasarkan norma-norma yang dianut dan sepakati bersama tentang tentang kinerja suatu sistem.
Kesimpulannya adalah : ketiga aspek di atas adalah satu kesatuan, misalnya untuk dapat menilai seorang pemimpin, maka seseorang warga Negara harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin. Pengetahuan seseorang terhadap suatu simbol politik sering mempengaruhi perasaan seseorang terhadap sistem politik secara keseluruhan untuk menerima atau menolaknya.
Ciri-ciri budaya politik
Menurut Prof. Affan Gaffar, budaya politik Indonesia memiliki tiga ciri dominan, yaitu :
a.Hirarki yang tegar atau ketat, yaitu adanya pemilahan yang tegas antara penguasa dengan rakyat kebanyakan (rakyat kecil) dengan tatanan hirarkis yang sangat ketat. Tata cara dan alam pikiran serta sopan santun dieskpresikan sesuai dengan asal usul atau kelas masing-masing. Misalnya penguasa dapat menggunakan kata kasar pada rakyat kebanyakan tetapi rakyat kebanyakan harus dengan ekspresi bahasa yang halus.
b.Kecendrungan Patronage, menurut James Scott hubungan macam ini disebut sebagai pola hubungan patron- client yaitu pola hubungan individual antara dua individu yaitu si Patron dan si Client. Hubungan ini akan langgeng selama keduanya memiliki kemampuan atau sumber daya yang akan dipertukarkan dan akan berhenti bila antara ke duanya atau salah satunya tidak lagi memiliki sumber daya atau kemampuan. Patron atau si bos biasanya memiliki lebih banyak kemampuan seperti perlindungan, kasih sayang, kesejahteraan, keamanan sedangkan si client atau anak buah atau buruh biasanya hanya memiliki kesetiaan atau loyalitas serta tenaga untuk di berikan kepada si Patron. Bila hubungan ini berakhir maka keduanya akan mencari dan mungkin akan menjadi patron atau client yang baru.
c.Kecenderungan Neo-Patrimonialistik
Karakteristik Negara neo-patrimonialistik :
- Kecendrungan untuk mempertukarkan sumber daya yang dimiliki penguasa dengan teman-temannya.
- Kebijakan lebih bersifat partikuleristik daripada bersifat universalistik.
- Rule of law atau penegakan hukum lebih bersifat rule of man atau kekuasaan penguasa.
- Penguasa politik sering mengaburkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau umum.
Contoh budaya neo-patrimonialistik :
- Promosi jabatan yang tidak mengikuti prosedur baku.
- Anak pejabat menjadi pengusaha besar karena jabatan orang tuanya.
- Anak pejabat menempati posisi strategis dalam politik sebab proses rekrutmen politik yang tidak terbuka.
- Anak pejabat dengan cepat dapat proyek tanpa tender
Macam-macam budaya politik
a.Budaya politik tradisional adalah budaya politik yang mengedepankan satu budaya dari etnis tertentu yang ada di Indonesia. Contoh “Paham Masyarakat Jawa” di masa orde baru
b.Budaya politik Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada satu keyakinan dan nilai agama tertentu, yaitu agama islam biasanya dipelopori oleh kelompok santri. Masyarakat santri dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok tradisional (NU) dan modern (Organisasi Muhammadiyah).
c.Budaya politik modern adalah budaya politik yang mencoba meninggalkan karakter etnis tertentu dan agama tertentu. Dalam budaya politik modern terdapat subbudaya, seperti kelompok birokrat, intelektual, dan militer.
d.Budaya politik abangan, yaitu budaya politik yang menekankan aspek-aspek animisme, termasuk para petani
e.Budaya politik santri, adalah yaitu politik yang menekankan aspek-aspek keagamaan, khususnya agama islam. Pekerjaan mereka biasanya pedagang. Masa lalu mereka berafiliasi pada NU dan Masyumi. Sekarang pada PKS, PKB, PPP
f.Budaya politik Priyayi, yaitu budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi, masyarakat priyayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok aristokrat dan birokrat seperti para pegawai pemerintah, pada masa lalu mereka berafiliasi dengan partai PNI dan sekarang pada partai golkar.
g.Menurut Herbert Feith, Indonesia memiliki dua budaya politik yang dominan yaitu aristokrasi Jawa (kaum ningrat Jawa ) dan wiraswasta islam (pengusaha yang beragama Islam)
Perkembangan budaya politik
Perkembangan budaya politik tidak lepas dari kemajuan sistem demokrasi. Dengan bergulirnya reformasi dan menuntut sistem demokrasi terbuka dan kebebasan mengeluarkan pendapat bagi warga negara yang sebelumnya ditekan pada zaman orde baru menciptakan iklim demokrasi yang bebas sehingga partai politik tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Pada awal-awal reformasi jumlah partai politik yang memenuhi syarat dan mengikuti pemilihan umum pada pemilu 1999 sebanyak 48 partai politik yaitu 15 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah partai politik pada zaman orde baru hanya 3 partai politik yang boleh ada.
Perkembangan azas partai juga mengalami kebebasan yang sebelumnya hanya berasas tunggal Pancasila di zaman orde baru berkembang menjadi disamping asas tunggal Pancasila partai politik juga boleh beraliran islam, nasionalis, dan moderen.
Budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
Budaya politik yang berkembang di masyarakat Indonesia saat ini adalah budaya politik islam dan budaya politik moderen.
Pada konstelasi politik Indonesia saat ini budaya politik islam terlihat dengan adanya Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional dengan Muhammadiyah, Partai Kebangkitan Bangsa dengan Nahdatul Ulama, Partai Bulan Bintang. Sedangkan untuk budaya politik modern dapat dilihat dengan adanya partai Nasional Demokrat, Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Indonesia Raya.
Faktor penyebab berkembangnya budaya politik suatu daerah
- Tingkat pendidikan warga Negara.
- Tingkat ekonomi, semakin sejahtera rakyat maka semakin tinggi tingkat partisipasi politiknya.
- Reformasi politik (political Will), yaitu semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik yang lebih baik.
- Supremasi hukum, yaitu adanya penegakan hukum yang adil, independen.
- Media massa yang independen sebagai kontrol sosial, bebas, dan mandiri.
Sekian ulasan saya mengenai pengertian budaya politik, ciri-ciri budaya politik, macam-macam budaya politik,perkembangan budaya politik, budaya politik yang berkembang dalam masyarakat serta faktor penyebab berkembangnya suatu budaya politik suatu daerah serta. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar