Selasa, 07 April 2015

Unsur-unsur Seni Patung dan Dasar-dasar Pembuatan Patung

Unsur-unsur Seni Patung dan Dasar-dasar Pembuatan Patung


Unsur-Unsur Seni Patung 

     Seni patung Menurut G. Shidarta (1987) Patung adalah Bentuk yang mempunyai tri matra atau bentuk yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Patung memiliki unsur-unsur yang membentuk keseluruhan. Seorang pematung akan selalu berhadapan dengan unsur-unsur tersebut pada saat mematung. Dan dalam proses bekerja mencoba untuk menyatukan unsur-unsur itu dalam suatu susunan hingga dapat tampil sebagai suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur dalam seni patung adalah sebagai berikut: 

1.Garis dan Bidang 

     Menurut Mikke Susanto (2011: 55)Bidang atau shape adalah area. Bidang terbentuk karena ada 2 atau lebih garis yang bertemu (bukan himpitan). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif. Sedangkan garis 12 adalah coretan, goresan, guratan yang membekas pada suatu bidang. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa panjang, pendek, halus,tebal,berombak, melengkung dan lurus. Dalam seni tiga dimensi garis dapat dibentuk karena lengkungan, sudut yang memanjang maupun perpaduan teknik dan bahan-bahan lainnya (Sudarmaji, 1979). 

2.Volume dan Ruang

     Volume adalah kedalaman suatu persepsi keruangan. Bila merupakan kualitas dari bingkah yang menjangkau matra (dimensi) ruang, yaitu matra yang memiliki ukuran tinggi, panjang dan lebar (Sidharta, 1987). Kualitas patung ditentukan pula oleh hubungan antara volume patung dengan yang berada di sekelilingnya. Bila patung ini berongga atau berlubang, maka peranan volume menjadi semakin luas. Karena interelasinya akan mencakup volume patung, ruang sekelilingnya dan ruang (rongga, lubang) yang berada dalam volume itu. 

3.Bidang permukaan dan Barik (Tekstur)

     Bidang permukaan sebuah patung berperan sama dengan kulit manusia, yang berfungsi sebagai batas bentuk yang langsung tampak dan dapat diraba. Bidang permukaan itu dapat cembung, atau cekung, seperti permukaan air laut yang bergelombang tertiup angin. Gelombang yang cembung membukit dan mengakibatkan kelandaian yang cekung, atau dapat juga seperti Kristal yang permukaannya membidang dan saling bertemu sehingga membentuk rusuk-rusuk yang tajam (Sidharta, 1987). 13 

     Di samping itu bidang permukaan patung dapat mempunyai sifat yang bermacam-macam, tergantung cara pengelolaannya. Dari ketiga kemungkinan itu akan terjelma suatu kualitas permukaan yang disebut barik. Menurut Mikke Susanto (2011:48) barik dapat juga diartikan sebagai tekstur, nilai raba, kualitas permukaan suatu objek. 

4.Bentuk

     Bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran , wujud, sistem dalam seni rupa rupa biasanya dikaitkan dengan matra yang ada (Mikke Susanto:54). Selanjutnya (Sidharta: 1987) mengemukakan bahwa dalam seni rupa sering dibedakan antara bentuk relatife dan bentuk absolute. Bentuk relatife adalah bentuk yang erat hubungannya dengan bentuk yang terdapat di alam. Bentuk absolute adalah bentuk yang pada dasarnya meliputi lima bentuk dasar, yaitu kubus, bola, piramida, silinder, dan bentuk campuran. Dalam mematung, setiap bentuk dapat dikembalikan kepada bentuk-bentuk dasar tersebut 

5.Warna 

     Menurut Mikke Susanto (2011: 433) Warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. Cahaya yang dapat diindra manusia memiliki panjang gelombang antara 380-780 nanometer. Cahaya yang dihasilkan dari jarak antara yang bisa diakses indra manusia tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna, yang kemudian dinamakan warna cahaya. Sedangkan bagian penglihatan yang dihasilkan dari pancaran cahaya ke sebuah benda dan kemudian dipantulkan ke mata disebut warna pigmen. 14 

     Sidharta (1987) menambahkan bahwa  warna termasuk salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur- unsur patung lainnya. Dalam seni patung warna dapat tampil karena bahan yang dipakai tetapi juga karena sengaja dibuat berdasarkan berbagai teknik. Warna coklat dari kayu misalnya oleh pematung sengaja dipertahankan untuk menonjolkan watak khas dari patung kayu. Sebaliknya untuk memberikan kesan-kesan tertentu timbul dengan usaha untuk membubuhkan bermacam-macam warna atau nada warna sesuai dengan pertimbangan nilai-nilai seninya. Warna juga dapat dipakai dalam usaha mencapai kesan matra dari patung. 

Dasar-dasar Pembuatan Patung 

     Setelah kita mengetahui tentang unsur-unsur patung, kita beralih pada apa yang harus dilakukan dengan unsur-unsur tersebut. Perlakuan terhadap unsur-unsur patung dalam proses tersebut disebut sebagai dasar-dasar mematung. Dasar-dasar pembuatan patung diantaranya: 

1.Membentuk dan membangun 

     Seorang pematung bekerja dengan menyusun unsur-unsur patung untuk membangun sebuah patung. Sejak ia mulai bekerja, seorang pematung mencoba untuk menyusun bingkah-bingkah kedalam suatu bangunan tertentu. Menyusun dan membangun merupakan tindakan yang utama bagi pematung karena keduanya menentukan keseluruhan ujud dari sebuah patung( G. Shidarta, 1987:33). 

2.Perbandingan (Proporsi), Keserasian (Harmoni) dan Kesatuan (Unity) 15 

     Menurut Mikke susanto (2011: 320) Perbandingan atau proporsi adalah ukuran antar bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan atau keseluruhan. Proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), rhythm (irama,harmoni) dan unity (kesatuan). Proporsi dipakai pula sebagai salah satu pertimbangan untuk mengukur dan menilai keindahan artistik. Perbandingan, keserasian dan kesatuan dari bentuk patung harus diperhatikan. Bila ada salah satu perbandingan yang tidak baik, akan menimbulkan kesan yang kurang serasi. Karena itu, dalam mematung harus selalu diperhatikan masalah perbandingan, agar patung mempunyai ukuran-ukuran yang sesuai dan serasi, agar tercipta bentuk kesatuan yang seimbang. 

3.Keseimbangan (Balance), Dominasi dan Irama (Rhythem) 

     Keseimbangan (Balance) menurut Mikke Susanto (2011:46) didefinisikan sebagai persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni. Seorang pematung bekerja dengan mempertimbangkan keseimbangan antara bagian-bagian dari patung dalam menyusun bentuk. Keseimbangan bagian atas dengan bagian bawah atau antara bagian kiri dan kanan dari sebuah patung untuk mendapatkan bentuk yang mantap. Untuk menghindari
kesan kaku dan menjemukan, seorang pematung dapat menciptakan irama dengan enggarap unsur-unsur patung. 

     Sekian ulasan saya mengenai unsur-unsur seni patung serta dasar-dasar pembuatan patung. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar