Minggu, 17 Mei 2015

Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan dan Ketakwaan


Pengertian Aqidah

Aqidah     Pengertian Aqidah berasal dari kata ‟aqada-ya‟qidu-‟aqidatan yang berati menghubungkan ujung yang satu dengan ujung yang lainnya sehingga menjadi satu ikatan yang kuat dan suit dibuka (Moh.Mansyur, 1997 : 17). Setelah terbentuk menjadi aqidatan (aqidah) blerarti kepercayaan (keimanan) atau keyakinan. Secara terminologi aqidah sebagaimana menurut Hasan Al-Banna adalah ‟Aqaid (bentuk jama‟ dari ‟aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakina yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Manurut Abu Bakar Al-Jazairi dalam Kitab aqidah al-Mukmin bahwa aqiqdah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah Berdasarkan dua pengertian tersebut di atas dapat diketahu bahwa dalam memahami akidah harus secara tepat yaitu : oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu (Dep.Agama, 2001 : 102). Pertama : Setiap manusia mempunyai fitrah untuk mengakui kebenaran dengan potensi yang ia miliki untuk mencari dan menguji suatu kebenaran yang dapat dilakukan melalui indra dan akalnya. Sedangkan wahyu digunakan sebagai pedoman untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Menempatkan alat tersebut pada fungsi masing–masing untuk mendapatkan kebenaran menjadi sangat penting. Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu, kemudian Dia memberi pendengaran, penglihatan dan hati agar manusia bersyukur (Al-An‟am : 78). (Dep.Agama, 2001 : 102). 

Ruang lingkup akidah Islam

     Ruang lingkup akidah Islam menurut Hasan Al-Banna mencakup pembahasan tentang : 

  1. pembahasaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan AIlah (Tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat Allah, perbuatan (af‟al) Allah dan sebagainya.
  2. Ilahiyah Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi, rasul, mengenai kitab-kitab Allah, mu‟jizat dan sebagainya.
  3. Ruhaniyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, syaithan dan ruh. 
  4. Sam‟iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya dapat diketahui melaui sam‟i yakni dalil naqli yaitu al-Qur‟an dan As-Sunnah, seperti alam barzah, azab kubur, akhirat dan sebagainya. (Dep.Agama, 2001 : 106)

     Aqidah dalam pengertian keimanan oleh Sayid Sabiq (1978 : ) 16-17mencakup pembahasan tentang perkara berikut :

  1. Ma‟rifat kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Ma‟rifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta ini.
  2. Ma‟rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam yang tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang ada didalamnya yaitu yang berbentuk malaikat. Demikian pula kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan syetan. Juga ma‟rifat dengan alam lain seperti jin dan ruh. 
  3. Ma‟rifat dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul yang dijadikan batas untuk mengetahui antara yang hak dan bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram.
  4. Ma‟rifat dengan nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT yang dipilih-Nya untuk menjadi pembimbing yang memberi petunjuk serta memimpin seluruh makhluk menuju kepada yang benar.
  5. Ma‟rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada sa‟at itu, seperti kebangkitan dari kubur, memperoleh balasan pahala atau siksa, surga atau neraka. 
  6. Ma‟rifat kepada takdir (qadha‟ dan qadar) yang di atas landasannya itulah berjalannya peraturan segala yang ada dialam semesta ini, baik dalam penciptaannya maupun cara mengaturnya.
     Untuk membahas akidah Islamiyah ini marilah kita mulai dengan memperhatikan hadits Nabi riwayat Muslim dari Umar yang artinya : Iman itu adalah percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan percaya kepada qadar yang baik dan buruk. 1.Iman kepada Allah C. Ciri orang beriman Ciri-ciri orang yang beriman sebagaimana digambarkan dalam al-Qur‟an dapat disarikan sebagai berikut:

  1. Bergetar hatinya apabiala disebut nama Allah
  2. Imannya makin bertambah apabila dibacakan ayat Al-qur‟an
  3. Bertawakkal hanya kepada Alla
  4.  Orang yang mendirikan shalat
  5. Orang yang menginfakkan rizki yang telah dikaruniakan Allah (Al-Anfal :2-3)
  6. Orang yang khusu‟ dalam shalatnya
  7. Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfa‟at
  8. Orang yang menunaikan zakat
  9. Orang yang menjaga kemaluannya
  10. Orang yang memelihara atau menepati amanat dan janji-janjinya
  11. Orang yang memelihara shalat-shalatnya (Al-Mukminun : 1-9)
Pengaruh Keimanan dalam kehidupan

     Iman yang kuat dan tulus akan memberikan pengaruh positip dalam kehidupan sesorang antara lain :

1.Kemerdekaan jiwa dari pengaruh orang lain

     Keterikatan seseorang terhadap pengaruh atau kekuasaan orang lain menyebab ia tidak bebas bergerak untuk mencapai kemajuan. Karena itulah orang beriman kepada Allah akan melenyapkan keterikatannya pada kekuasaan orang lain yang dapat memerdekakan dirinya untuk melakukan apa yang terbaik menurut tuntunan agama. Saya tidak berkuasa untuk menarik kemanfa‟atan atau kemudaratan untuk diriku sendiri, kecuali apa yang telah dikehendaki Allah SWT (Al-A‟raf : 188).

2.Menimbulkan jiwa keberanian untuk membela kebenaran

3.Menimbulkan keyakinan kuat bahwa Allah sebagai pemberi rizki

4.Melahirkan jiwa yang tenteram dan hati yang tenang

5.Kehidupan yang baik dunia maupun akherat. ( Sayid Sabiq, 1978 :135)

6.Iman memberikan keberuntungan

     Orang yang beriman adalah orang beruntung dalam kehidupannya karena ia selalu mengikuti petunjuk dan bimbingan Allah untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki. Mereka itulah orang yang tetap mendapat petunjuk dan orang –orang yang beruntung (Q.S Al-Baqarah : 5).

7.Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

     Konsekuen dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan larang Allah merupakan wujud dari pengaruh iman seseorang. Karena Iman memang menuntut sikap yang konsisten terhadap apa yang telah diikrarkan sebagai pernyataan pengakuan Allah sebagai Tuhan. Karena itu pula seorang muslim melaksanakan amal perbuatan baik tanpa mengharap, kecuali hanya keredhaan Allah sebagai perwujudan keikhlasan. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam (Al-An‟am : 162).

8.Orang yang beriman akan merasa selalu hidup bersama para nabi dan orang–orang yang shaleh dalam segala zaman (An-Nisa : 69).

9. Keimanan seseorang akan membebaskan dirinya dari keraguan dalam menghadapi kehidupan.

     orang beriman menampakkan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan (Al-Fath : 4).

10.Iman menimbulkan perasaan aman dan tidak khawatir terhadap akan datangnya kematian.

     Karena kematian adalah suatu kepastian. Kematian yang kamu menghindarkan diri darinya, sesungguhnya akan menemui kamu juga (Al-Jum‟ah : 8)

Pengertian Taqwa

     Secara etimologi taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Dan takutlah (peliharalah) dirimu dari api neraka yang disediakan untuk orang-orang kafir (Ali-Imran :131). Menurut penelitian Al-Muqaddis sebagaimana dikutip M. Daud Ali (2000: 361) bahwa didalam Al-Qur‟an terdapat 256 kata taqwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi makna. Secara terminologi taqwa menurut H.Agussalim adalah sikap mental seseorang yang selalu waspada terhadap sesuatu dalam upaya memelihara dirinya dari noda dan dosa,selalu melakukan perbuatan–perbuatan baik dan benar menghindari berbuat salah dan menghindari melakukan kejahatan terhadap diri sendiri,orang lain dan lingkungannya (Sidi Gazalba, 1976 : 46). Dengan demikian secara sederhana taqwa dapat diartikan adalah memelihara atau menjaga diri dari siksa dan murka Allah dengan melaksanakan semua perintah-Nya (berta‟at kepada-Nya) dan meninggalkan semua larangan-Nya baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun dalam bernegara.

Karakteristik orang bertaqwa

     Karakteristik orang yang bertaqwa ini dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 1-5 dan 177 :

  1. Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi Karakteristik ini melahirkan indikator bahwa orang yang bertaqwa itu mampu memelihara fitrah iman. 
  2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, oranghorang yang terputus bekal diperjalanan ,orang-orang yang meminta-minta, orang-orang yang tidak mampu memenuhi kewajibannya dan orang-orang memerdekaan hamba sahaya. Karakteristik ini melahirkan indikator bahwa orang yang bertaqwa itu mencintai sesama manusia yang diwujudkan dengan kesanggupan mengorbankan harta yang dicintainya.
  3. Mendirikan shalat untuk memelihara hablum minallah dan membayar zakat untuk memelihara hablum minannas. Karakteristik ini melahirkan indikator kemampuan memelihara ibadah formal.
  4. Menepati janji yang dapat diartikan dengan memelihara kehormatan diri.
  5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan pada waktu perang atau dalam pengertian lain mempunyai semangat perjuangan.. Berdasarkan karakteristik ini maka dapat dikelompokkan dalam dua kecenderungan sikap yaitu : 
  1. Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah SWT yang diwujudkan melalui iktiqad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan dan aturan Allah SWT
  2. Memelihara hubungan secara horizontal yakni cinta dan kasih sayang kepada sesama umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan (Dep.Agama RI,2001 :180181).
Implikasi orang bertaqwa dalam kehidupan

     Dalam memelihara hubungan dengan Allah SWT adalah :

  1. Beriman kepada-Nya dengan setulus hati dan sepenuh jiwa
  2. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima waktu, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
  3. Selalu berdo‟a kepada-Nya untuk keselamatan dalam menjalankan tugas didunia dan keselamatan diakhirat.
  4. Selau mohon ampun atas segala dosa akibat kesalahan terhadap larangan Allah dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan kedua sebagai wujud kesadaran bahwa kesalahan itu tidak perlu diulangi.
  5. Mensyukuri nikma-Nya dengan cara menerima, mengurus dan memanfa‟atkan semua pemberian Allah dalam beribadah kepada-Nya
  6. Sabar menghadapi musibah, tidak putus asa karena musibah merupakan cobaan iman seseorang dan sabar dalam menjalankan kehidupan yang penuh tantangan.
Fungsi Taqwa dalam kehidupan

     Fungsi taqwa berarti manfa‟at atau kegunaan taqwa bagi seorang mukmin dalam kehidupannya. Taqwa bagi soerang muslim adalah :

  1. Taqwa berfungsi untuk memperoleh jalan keluar dari kesulitan.(At-Thalaq : 2)
  2. Taqwa berfungsi untuk memperoleh cara dalam menyelesaikan kesulitan dalam urusan kehidupan ( At-Thalaq : 4).
  3. Taqwa berfungsi untuk menghapus kesalahan-kesalahan manusia muslim dan melipatgandakan pahala baginya (At-Thalaq : 5)
  4.  Taqwa berfungsi untuk memperoleh pahala yang dilipatgandakan Allah baginya (AtThalaq : 5)
  5. Taqwa sebagai predikat muslim untuk memperoleh kemuliaan disisi Allah SWT (AlHujurat : 13).
  6. Taqwa berfungsi untuk memperoleh surga yang dijanjikan Allah yang didalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak berubah, sungai-sungai dari air susu yang tidak Taqwa berfungsi sebagai cara untuk memperoleh rizki dari jalan yang tidak diduga (At-Thalaq : 3).
  7. berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang segar bagi orang yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang telah disaring (Muhammad : 15).
     Sekian ulasan saya mengenai pengertian aqidah, ruang lingkup aqidah islam, pengaruh keimanan dalam kehidupan, pengertian taqwa, karakteristik orang bertaqwa, implikasi orang bertaqwa dalam kehidupan serta fungsi taqwa dalam kehidupan. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar