Minggu, 17 Mei 2015

Manusia dan Agama

Manusia dan Agama


Hakikat Manusia

1.Berbagai pandangan tentang manusia


Manusia dan Agama
     Dalam pandangan teori kognitif bahwa manusia adalah homo sapiens yaitu makhluk berpikir. Tidak lagi manusia dipandang sebagai makhluk yang melakukan reaksi terhadap lingkungannya secara pasif. Akan tetapi merupakan makhluk yang berusaha memahami lingkungan dan makhluk yang selalu berpikir. Di dalam al-qur’an banyak ayat yang mendorong manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami alam, seperti afala ta’qilun, afala tatafakkarun. Manusia dalam pandangan teori behaviorisme adalah makhluk homo mechanicu (manusia mesin). Aliran ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan oleh aspek rasional dan emosional. Filosof Immanuel Kant menempatkan manusia pada tiga wujud :

  1. wujud epistimologis yaitu apa yang mesti ia kenal,
  2. wujud etis yaitu apa yang mesti ia lakukan dan
  3. wujud religius yaitu apa yang mesti ia harapkan
     Dalam pandangan Soren Kierkegaard bahwa manusia sebagai makhluk memerlukan tiga kelengkapan hidup yaitu estetis. Dengan kemampuan estetis itu manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan serta mengungkapkannya kembali melalui lukisan yang indah, tarian yang mempesona. Kemudian kelengkapan etis. Dengan kelengkapan etis manusia mampu meningkatkan estetis secara sempurna kearah yang lebih manusiawi dan bertanggungjawab. Sedangkan kelengkapan religius mengantarkan manusia mengenal yang transendental sehingga menusia menyadari perlunya pendekatan kepada Tuhan yang semakin menuju kesempurnaan yang akan melepaskan dirinya dari rasa kekuatiran.(Syamlan Sulaiman, 1988 : 15). Karl Marx berpandangan bahwa manusia adalah makhluk Homo faber yaitu makhluk pekerja. Manusia bekerja memproduksi bahan alami menjadi bahan yang ekonomis yang dipergunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka untuk itu ia harus bekerja. Dalam pandangan Aristotles bahwa manusia disebutnya sebagai Homo Socius yaitu makhluk sosial. Karena manusia mempunyai kodrat untuk hidup bermasyarakat.

2.Dalam al-Qur’an disebut dengan hablum minannas

     Hubungan manusia dengan sesama manusia. membentuk Dalam pandangan Islam manusia adalah makhkuk ciptaan Allah yang terdiri dari tubuh atau jasad dan ruh. Kedua insur ini senyawa, sehingga terwujud proses dan mekanisme hidup. Terputusnya dua unsur ini berarti terjadinya kematian. Dalam pandangan al-Qur‟an manusia disebut dengan berbagai aspek (Dep.Agama , 2001 : 13) yaitu :

  • Dari aspek historis penciptaannya manusia disebut Bani Adam (Q. S Al-A‟araf : 31),
  • dari aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan Basyar yang menggambarkan sifat kimia-biologisnya (Q.S Al-Mukminun : 33),
  • dari aspek kecerdasannya disebut dengan insan yaitu makhluk terbaik dengan kemampuan akal menyerap ilmu pengetahuan (Q. S-Rahman : 3-4),
  • dari segi sosiologisnya disebut dengan istilah annas yang menunjukkan sifat manusia yang berkelompok sesama jenisnya (Q.S Al-Baqarah : 21),
  • dari segi posisinya manusia disebut abdun yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus patuh, tunduk dan merendahkan diri dihadapan Allah yang menciptanya (Q. S Saba‟ : 9).
     Dalam pandangan Islam manusia memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan manusia adalah :

  • Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaikbaiknya (Q.S 95:4),
  • manusia dimuliakan Allah (17: 70),
  • manusia mempunyai akal dan ilmu pengetahuan (Q.S 2:31),
  • manusia memiliki fungsi ibadah dan khalifah (Q.S 51: 56),
  • manusia sebagai makhluk beragama (Q.S 30 : 30),
  • manusia mempunyai program hidup (Q.S 2 : 201),
  • manusia memiliki kehendak dan harus bertanggungjawab (Q.S 52: 21) dan
  • manusia memiliki kesadaran moral (Q.S 91: 78).
     Kelemahan manusia adalah :

  • Manusia adalah makhluk lemah,
  • suka berbuat aniaya dan mengingkari nikmat (Q.S 14 : 34),
  • manusia bersifat tergesa-gesa (Q.S 21 : 37),
  • manusia keluh kesah,
  • kikir dan gelisah (Q.S 70:19-21)
  • manusia suka melampaui batas (Q.S 96:6)),
  • manusia bersifat pelupa (Q.S 2 :44),
  • manusia cenderung menuruti nafsu (Q.S 3: 14),
  • manusia bersifat merugi (Q.S 103 :1),
  • manusia suka bermegah-megah (Q.S 102 :1 ),
  • manusia suka berbantah-bantah(Q.S 102 :1 )
  • manusia bersifat zalim dan bodoh (Q.S 33 : 72).
     Dalam pandangan Murtadho Muthahhari (1984 ) bahwa manusia adalah makhluk serba dimensi yaitu :

a.Dimensi biologis; Secara fisik manusia memerlukan makan, minum, istirahat dan menikah supaya manusia hidup tumbuh berkembang.

b.Dimensi etik; Manusia mempunyai sejumlah emosi yang bersifat etis yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.

c.Dimensi Aestetika; Manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.

d.Dimensi ketuhanan; Manusia mempunyai dorongan untuk menyembah Tuhan(Q.S Al-A‟raf).

e.Dimensi potensial; Manusia memiliki kemampuan dan kekuatan berlipat ganda, karena ia dikarunia akal dan kehendak bebas sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya.

f.Dimensi pengenalan diri; Manusia mempunyai kemampuan mengenal dirinya sendiri. Jika ia sudah mengenal dirinya, ia akan mencari dan ingin mengetahui siapa penciptanya, mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan, bagaimana proses penciptaannya dan untuk apa ia diciptakan ? (Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu)

Fungsi Manusia

     Fungsi manusia Ada 4 yaitu:

  1. Fungsi manusia terhadap pribadi yaitu memenuhi kebutuhan jasmani dan ruhani secara menyeluruh dan seimbang agar keutuhan pribadinya terjaga.
  2. Fungsi manusia terhadap masyarakat yaitu memberikan pelayanan–pelayanan fisik maupun moral seperti membantu orang lain baik berupa fisik maupun non fisik.
  3. Fungsi manusia terhadap alam yaitu memanfa‟atkan potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan memelihara kelestariannhya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia sepanjang masa.
  4. Fungsi manusia terhadap Allah SWT yaitu melakukan ibadah dengan sebaikbaiknya secara benar menurut tuntunan syariat Islam. (Q.S Adz-Dzariat: 56).
Peranan Agama Bagi Manusia 

1.Agama sebagai dinamisator

     Agama berperan sebagai dinamisator artinya bahwa dengan agama mampu menggerakkan umat untuk melakukan sesuatu perbuatan baik yang dilakukan secara terus-menerus. Karena agama memberikan jaminan bahwa apa yang diperbuat itu jika merupakan suatu kebaikan, maka akibat dari perbuatan baik itu akan kembali kepada pelaku. Dengan dengan dinamisasi kehidupan umat akan semakin menjadi produktif.

2.Agama sebagai Stabilisator

     Agama berperan sebagai stabilisator artinya bahwa agama mampu menstabilkan suatu keadaan yang mengalami ketidak pastian disebabkan oleh berbagai hal. Karena agama merupakan ajaran yang penuh kedamaian, kesejahteraan dan ketenteraman. Termasuk bagaimana agama mampu memberikan rasa aman dan ketenangan kepada umatnya dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi ketidakpastian. Dalam Islam terdapat konsep sabar yang dapat dijadikan sebagai penolong. Allah berfirman dalam alqur‟an” maka minta tolonglah dengan sabar dan shalat.

3.Agama sebagai Inspirator

     Agama dapat menjadikan seorang muslim memperoleh berbagai inspirasi, sehingga ia menjadi orang kreatif dan inovatif dengan berbagai karya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

4.Agama sebagai pencegah kemungkaran

     Orang yang beragama akan mampu mengendalikan dirinya dari berbuat kemungkaran atau kemaksiatan. Karena agama menuntut keta‟atan untuk melaksanakan berbagai kebaikan.

5.Agama menciptakan manusia kompetitif dan futuristik

     Banyak ayat al-qur‟an yang mendorong manusia untuk mejadi orang yang kompetitif dalam kebaikan (Fastabiqul Khairat) dan agar mempersiapkan masa depan yang pasti (waltanzur maqaddamat liqhad).

6.Agama menciptakan ketenangan jiwa manusia

     Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia akan mengarahkan kemana manusia menuju. Dengan demikian arah kehidupan manusia menjadi jelas dan pasti, sehingga ia akan memerogramkan kegiatan untuk mengisi kehidupannya untuk mencapai tujuan yang pasti. Hai orang yang beriman hendaklah setiap diri mempersiapkan hari esok ( Q.S Al-Hasyr).

     Sekian ulasan saya mengenai hakikat manusia, fungsi manusia serta peranan agama bagi manusia. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar