Senin, 25 Mei 2015

Perkembangan Agama dan Budaya Hindu

Perkembangan Agama dan Budaya Hindu



     Lahirnya agama Hindu ada hubungannya dengan kedatangan suku bangsa Arya ke India. Bangsa Arya masuk ke India sejak 1500 SM melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan mendiami Aryawarta (daerah yang berada di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan). 

     Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida (penghuni asli India) dan terjadilah percampuran kedua ras suku bangsa tersebut. Percampuran budaya antara kedua ras itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme.

     Agama Hindu adalah sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa. Setiap dewa merupakan lambang kekuatan alam. Beberapa dewa yang terkenal adalah Trimurti (Brahma, dewa pencipta ; Wisnu, dewa pemelihara ; Syiwa, dewa perusak), Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut), dan Agni (dewa api).

     Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian:

  1. Rigweda, berisi syair pujian terhadap para dewa.
  2. Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara.
  3. Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara.
  4. Atharwaweda, berisi mantra untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir serta ilmu gaib mengusir penyakit dan para musuh. 

     Di India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:

  1. Saraswati, permaisuri Brahma, melambangkan dewi kebijaksanaan dan pengetahuan;
  2. Laksmi, permaisuri Wisnu, melambangkan dewi kecantikan dan kebahagiaan;
  3. Parwati, permaisuri Syiwa, melambangkan dewi keberanian dan kegarangan (durga).

     Untuk mencapai nirwana, umat Hindu dapat melakukannya dengan tiga cara.

a.Manusia wajib menjalankan dharma (memenuhi kewajiban sebagai manusia), artha (menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya), dan karma (tidak berlebihan merasakan kenikmatan duniawi).
b.Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
c. Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajna besar dan yajna kecil). Yajna besar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama, dan upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang di rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.

     Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban Asra Medha. Kurban Soma adalah upacara kebaktian yang terpandang suci di antara seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma adalah sejenis cairan minuman yang memberi sifat kedewaan. Kurban Asra Medha adalah kurban kuda. Upacara-upacara kebaktian Hindu dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu:

  1. Brahmana (pendeta) yang menjabat sebagai kepala upacara,
  2. Hotri yang melagukan nyanyian keagamaan,
  3. Udgatri yang menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
  4. Adhyarya yang menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan lainnya sambil membacakan mantra.

     Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu:

  • hidup di dunia adalah samsara akibat perbuatan yang kurang baik;
  • adanya karma, yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
  • akibat karma, manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam wujud yang lebih rendah;
  • orang yang sempurna hidupnya akan moksa, lepas dari samsara.

     Untuk menjadi Hindu, seseorang harus mendapat tali benang kasta (munya) yang diberikan oleh brahmana (pendeta). Setelah itu, barulah mereka melakukan caturasrama, yakni brahmacarin (mencari ilmu kepada brahmana (pendeta), grhasta (membentuk keluarga), wanaprasta (meninggalkan rumah untuk bertapa), dan saniasin atau pariwrajaka (hidup mengembara, meninggalkan kepentingan duniawi untuk menjadi bhiksu).

     Tempat-tempat suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap sebagai kota dewa dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci. Agama Hindu mengalami kemunduran sekitar abad ke-6 SM karena sebab-sebab berikut:

  1. Kaum brahmana yang memonopoli agama dan upacara bertindak sewenang-wenang dengan menarik kurban yang besar sehingga menimbulkan beban.
  2. Lahirnya agama Buddha yang lebih demokratis untuk mencari nirwana sendiri tanpa pertolongan orang lain yang diajarkan oleh Siddharta Gautama.
  3. Agama Buddha lebih terbuka tanpa membeda-bedakan manusia.

     Umat Hindu memiliki beberapa kitab selain kitab Weda yang mengandung ajaran Avatar (inkarnasi dewa), yakni kitab Brahmana, Upanishad, Mahabharata, Bagawad Gita, dan Ramayana.

  1. Kitab Brahmana berisikan interpretasi (penafsiran) ajaran keagamaan yang terkandung dalam Weda.
  2. Kitab Upanishad berisikan pembahasan tentang Brahmana, kejadian alam semesta, serta Atman (jiwa) dan cara kembalinya Atman kepada Brahman Sang Mahakuasa.
  3. Kitab Mahabharata, ditulis oleh Begawan Wiyasa, berisikan tentang peperangan antarkeluarga Bharata (Pandawa dan Kurawa) di Padang Kurusetra.
  4. Kitab Bagawad Gita, bagian dari himpunan Mahabharata yang diartikan nyanyian dewa. Kitab ini berisi nasihat Krisna kepada Arjuna di Kurusetra pada saat terjadi Perang Bharatayuda.
  5. Kitab Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki yang berisi kisah cinta Rama dan Shinta.

     Orang Arya menciptakan kasta dengan pembagian sebagai berikut.

1.Brahmana, perlambang mulut, yakni golongan pendeta. Mereka dihormati sebagai penasihat raja.
2.Ksatria, perlambang tangan, yakni golongan ningrat atau bangsawan dan prajurit. Golongan ini menjalankan pemerintahan.
3.Waisya, perlambang paha, yakni golongan pengusaha, pedagang, dan petani.
4.Sudra, perlambang kaki, terdiri atas orang-orang Dravida dalam masyarakat.

     Setiap golongan wajib menempati kastanya masing-masing dan dilarang mengadakan perkawinan antarkasta. Jika ini terjadi, seseorang akan dikeluarkan dari kastanya dan dimasukkan ke dalam kasta yang lebih rendah. Selain kasta-kasta tersebut, masih ada golongan yang dianggap lebih rendah lagi, yaitu paria atau candala. Golongan ini ditempatkan sebagai hamba sahaya.

     Hukum sattie adalah hukum yang mewajibkan istri untuk ikut mati bersama suami dengan cara menceburkan diri ke dalam api pembakaran mayat suaminya. Hukum ini diciptakan oleh bangsa Arya.

     Sekian ulasan saya mengenai perkembangan agama dan budaya hindu. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar